Ketua tim KKN Abmas, Dr Ir Totok Soehartanto DEA, mengungkapkan bahwa limbah organik di Desa Ngabab, Kabupaten Malang, berasal dari sisa sayuran dan buah-buahan setelah panen serta kotoran sapi. Limbah tersebut memiliki potensi mencemari lingkungan karena dibuang langsung ke sungai tanpa melalui proses pengolahan. Dengan itu, ITS berinisiatif menciptakan solusi berkelanjutan terhadap dampak negatif yang ditimbulkan.
Ketua tim KKN Abmas, Dr Ir Totok Soehartanto DEA (kanan) ketika sedang sosialisasi bersama pemilik CV RAJ Abdul Aziz Adam Maulida mengenai peningkatan ekonomi sirkular Desa Ngabab
Lebih lanjut, Totok menjelaskan bahwa kegiatan dimulai dengan menyiapkan lahan terbuka dan media budidaya yang terdiri dari campuran tanah, limbah kotoran sapi, dan sisa-sisa sayuran. Setelah media budidaya siap, bibit cacing disebar dalam media budidaya tersebut. “Kami (tim KKN Abmas ITS, red) juga menyediakan bibit cacing berkualitas lewat kerja sama dengan CV Rumah Alam Jaya,” ungkapnya.
Usainya, proses budidaya dilanjutkan dengan perawatan yang teliti dengan cara menyirami tanaman setiap harinya dan memberikan pakan kepada cacing setiap tiga hari sekali. Penyiraman tersebut bertujuan untuk menjaga kelembapan media budidaya. “Sementara itu, pemberian makan kepada cacing dilakukan sebagai sumber nutrisi bagi mereka,” tambah Kepala Departemen Teknik Instrumentasi ITS.
Ketua tim KKN Abmas, Dr Ir Totok Soehartanto DEA (kiri) ketika sedang membantu warga membudidayakan cacing
Selain melatih dalam bidang budidaya cacing, Totok beserta tim juga menyelenggarakan pelatihan manajemen usaha cacing sebagai langkah untuk mewujudkan ekonomi sirkular melalui kegiatan budidaya cacing. Dalam pelatihan ini, terbentuk pula koperasi atau kelompok tani cacing yang bertindak sebagai fasilitator dalam proses pembelian bersama bahan baku hingga pemasaran produk.
Dengan menerapkan manajemen budidaya cacing, tim KKN Abmas dengan anggota lima dosen dan enam mahasiswa ini berhasil menghasilkan daging cacing dengan kadar protein sekitar 70 persen dan animo yang stabil. Kandungan tersebut dapat digunakan sebagai alternatif pakan ikan dan obat tifus. Selain itu, media budidaya cacing yang dihasilkan juga dapat dimanfaatkan sebagai pupuk dan dianggap mampu memberikan nutrisi berlimpah kepada tanaman.
Tim Abmas KKN ITS ketika sedang membudidayakan cacing menggunakan limbah kotoran sapi dan sayur mayur
Inisiatif dari Pusat Kajian Kebijakan Publik, Bisnis, dan Industri (PKKPBI) ITS ini diharapkan dapat menjadi solusi inovatif untuk permasalahan limbah serta menciptakan ekonomi sirkular. Harapannya, kegiatan serupa di daerah lain akan dikembangkan secara berkelanjutan. “Ke depannya, budidaya cacing di Desa Ngabab ini diharapkan dapat menajdi pionir agar mencapai tingkat optimal yang semakin baik,” pungkasnya optimisme. (*)
sumber: https://www.its.ac.id/news/2023/12/04/kkn-abmas-its-manfaatkan-limbah-organik-untuk-budidaya-cacing/